Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Semeru.jpg
Gunung Semeru, ketinggian 3676 mdpl. dengan puncaknya yang megah bernama Mahameru belum lama ini menjadi perbincangan yang sangat populer. Tanah megah, rumah dewa dengan kawah bernama Jogring Saloka Namun ironi sekali, gunung tertinggi dipulau jawa ini tenar bukan dengan perbincangan  positif, yang awalnya hanya para komunitas Pencinta Alam (PA) dengan misinya, namun menjadi tujuan utama pelancongan para tangan-tangan awam dan jiwa-jiwa nekat. Tanpa adanya memahami makna "Naik Gunung", para pelancong awam ini menjajaki gunung Semeru dengan semena-mena dan tanpa dasar mencintai serta merawat alam. Tragedi ini mencuat setelah dirilisnya film 5 cm dari novel karya Dony Dhirgantoro yang disutradarai Rizal Mantovani pada tanggal 12 Desember 2012. Para penikmat film Indonesia, yang awalnya tidak memiliki dasar Mounteneering bahkan minat untuk mendaki gunung, telah terpukau dengan keadaan alam semeru yang sudah melampaui tahap visualisasi dan dramatisir tingkatan DEWA ini dan akhirnya berbondong-bondong mencapai Mahameru tanpa persiapan yang tepat, bisa dibilang dasarnya hanya dari film.

Namun kita tidak bisa menyalahkan produsen film ini dengan semerta-merta, ada dampak positiv yang muncul dari rilisnya film persahabatan ini (dibilang film Adventure, masih belum layak menurut kami). Contoh dampak positifnya yaitu mengangkat nama Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Namun tanpa analisa dampak yang tempat, dalam kenyataannya dampak negativ lebih mendominasi daripada dampak positivnya. Bagaimana tidak, kejanggalan dalam film 5 cm bisa sangat membahayakan bagi penikmat alam yang tidak memahami betul ilmu pendakian. Contohnya penggunaan clana jeans pada saat pendakian. Pada dasarnya, jeans menyerap suhu sangat cepat, juga termasuk kain yang berat. Sedangkan sudah kita ketahui, semeru merupakan gunung dengan curah hujan yang cukup tinggi, yaitu 927 mm - 5.498 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 136 hari/tahun. Dan yang paling FATAL adalah adegan berenang di Ranu Kumbolo, padahal jelas dituliskan "DILARANG BERENANG DI RANU KUMBOLO". Jelas para pendaki awam menganggap hal itu lumrah, padahal Ranu Kumbolo merupakan tadah hujan, tidak memiliki daerah aliran seperti waduk diperkotaan. Bayangkan saja jika kotoran menumpuk dan mengendap didanau, padahal ranukumbolo merupakan sumber Air pada pos itu. Entah sudah brapa ribu pendaki yang telah hadir di lereng gunung semeru, namun menurut http://www.malang-post.com 4500 orang telah turun dari semeru pada akhir desember lalu. Ya mau bagaimana? alam bukan milik sepihak, semua orang berhak menjajakan kaki digunung manapun. Namun himbauan dan aturan juga penting untuk diperhatikan. Alam sama halnya dengan kita, suatu saat mengalami penuaan dan mengalami kematian. Namun apakah kita manusia akan terus-menjadi manusia yang tak pernah sadar dan tak tau trimakasih?

Setelah setahun lamanya proses pendakian oleh berbagai kalangan, baik tua, muda, amateur, pro dll. kerusakan ekosistem jalur pendakian Semeru semakin beragam, mulai dari kuota sampah semakin menumpuk, coret-coretan dimana-mana, suhu udara normal semakin tinggi, pencemaran sumber mata air, rawannya tingkat kecelakaan dan masih banyak lagi. Akhirnya keadaan itu mendapat tanggapan serius dari Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS). BB TNBTS secara resmi menutup total pendakian semeru pada tanggal 6 januari hingga maret atau april demi mengembalikan ekosistem Semeru yang semakin hancur oleh tangan ribuan manusia yang mampir. Pada tanggal 4 sampai 5 Januari kemarin juga telah dilaksanakan penyisiran oleh tim TNBTS dengan harapan semeru sudah benar-benar bersih dari pengunjung pada tannggal 6. Banyak komentar mengenai rusaknya ekosistem di gunung semeru, mulai dari social media, blogg, website, surat kabar, bahkan dari mulut kemulut, namun tindakan nyata untuk konservasi alam dari komunitas-komunitas yang menyatakan dirinya sebagai pencinta alam ini masih minim. Jika perusakan besar-besaran ini terjadi, juga tidak mustahil kan terjadi konservasi besar-besaran dari seluruh penghujung Indonesia khususnya pulau Jawa.

Demikian sedikit pemaparan mengenai gunung Semeru, untuk para sahabat yang mengklaim dirinya sebagai pencinta alam pasti sangat  terpukul dengan keadaan alam indonesia yang semakin hari semakin pudar ini. Semoga tanah air Indonesia tetap jaya dan alam semakin asri. Dari bermacam ocehan ini, semoga memunculkan rekomendasi yang tegas dari sahabat-sahabat pencinta alam baik tingkatan umum, mapala, maupun sispala untuk lebih intens menjernihkan kembali lingkungan alam kita. Mohon maaf jika terdapat human error dalam artikel ini, kami bukan menggurui, hanya sekedar mengingatkan. :)
Salam sejahtera dan tetap jaya, BRAVO REPALA !!!

Jangan ambil apapun kecuali gambar.
Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak.
Jangan bunuh apapun kecuali waktu.

-etika pendaki-


0 komentar:

Post a Comment